Rabu, 01 Mei 2013

TUGAS KEDUA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN #


Artikel 1 ,Tentang Perdukunan di Indonesia
Sosok Eyang Subur ramai dibicarakan di media. Setelah aibnya dibeberkan oleh Artis Adi Bing Slamet. Ia disebut-sebut sebagai dukun yang melakukan perbuatan tidak baik. Mulai dari pencabulan hingga pemerasan. Fenomena dukun di Indonesia masih saja banyak terjadi. Anda pasti ingat, dulu pernah ada dukun cilik Ponari yang memiliki kesaktian untuk menyembuhkan berbagai penyakit. Seorang bocah yang dinilai memiliki kesaktian, daya linuwih dan mampu mengobati penyakit.
Dukun biasanya juga memiliki keahlian yang sama, mulai dari kemampuan untuk pengobatan alternatif hingga meningkatkan prestise dan popularitas. Fenomena dukun juga ramai pada Pilkada. Setiap momen pemilihan Bupati, Pemilihan Angota Legislatif maupun pilihan lurah sekalipun, dukun turut bertindak. Banyak di antara para calon yang menggunakan jasa dukun untuk meningkatkan popularitas, dan elektabilitas calon.
Fenomena dukun di layar kaca juga santer dibicarakan. Gambaran mengenai kegiatan klenik ini, muncul dalam berbagai film Indonesia. Banyak film yang bertema horor, klenik dan tentu saja dukun dengan berbagai kekuatannya menjadi penting untuk diangkat ke layar lebar.
Tidak hanya itu, di sinetron pun juga mengangkat hal serupa. Siapa yang tak kenal Sinetron Tukang Bubur Naik Haji. Sinetron yang baru saja mendapat penghargaan Panasonic Gobel Awards ini ratingnya sedang naik. Salah satu bumbu yang terdapat adalah tokoh Mbah Roso. Dia digambarkan sebagai seorang dukunyang memiliki kemampuan tertentu.
Katanya ia mendapat wangsit atau pesan gaib untuk menikahi seorang janda kaya bernama Romlah. Kontan saja, sosok Romlah ini tidak mau dinikahi oleh dukun. Begitu juga Eyang Subur yang diceritakan memiliki istri banyak. Fenomena Eyang Subur sebenarnya telah diangkat dalam Sinetron yang ditayangkan oleh RCTI tersebut.
Mengapa orang banyak percaya ke dukun? Bukankah di mayoritas bangsa Indonesia yang beragama Islam? Bukankah Rasulullah melarang orang-orang untuk mempercayai dukun. Islam juga melarang penganutnya untuk pergi ke dukun, apalagi mempercayainya. Namun, orang sekaliber artis justru terjerumus ke lingkaran setan perdukunan.
Saya jadi ingat kata salah seorang teman saya. Semakin tinggi status sosial seseorang, ia bisa menjadi semakin saleh atau bahkan semakin klenik. Banyak orang kaya yang memiliki kedekatan dengan dukun. Mereka mencari penglaris, kewibawaan, dan prestise. Termasuk di dalamnya adalah artis, tokoh idola, publik figur, calon bupati/walikota, calon lurah hingga calon anggota DPR. Apakah dukun mampu meningkatkan status sosial mereka? Tentu tidak. Lalu mengapa fenomena perdukunan masih saja terjadi di Indonesia?

Artikel 2 ,Tentang Era Globalisasi di Indonesia
Bagaimana menghadapi era globalisasi ?
Seperti kita semua tahu, saat ini dunia kita berada di era globalisasi. Kita sering mendengarnya. Globalisasi adalah proses transformasi fenomena lokal atau regional menjadi fenomena global atau internasional. Proses ini merupakan kombinasi dari kekuatan ekonomi, teknologi, sosial budaya dan politik. Dengan kata lain, setiap negara di dunia ini dapat mempengaruhi negara-negara lain.
Karena globalisasi, dunia ini yang terdiri dari banyak negara adalah seperti "global desa ". Istilah ini mengacu pada fakta bahwa orang-orang yang dianggap tinggal di planet ini tanpa batas, tanpa batasan. Orang-orang dapat mengakses segala jenis informasi yang mudah. Tidak ada kesulitan untuk berkomunikasi, tidak ada hambatan untuk berinteraksi dengan orang lain dari seluruh dunia.
Globalisasi memiliki berbagai aspek yang mempengaruhi dunia, seperti: dalam industri, keuangan,ekonomi, politik, teknologi, dan sosial budaya. Jika negara kita ingin dapat bertahan hidup di era globalisasi, kita harus menjadi orang pintar. Kita harus mengambil semua efek positif dari globalisasi dan kita tidak harus mengambil efek negatif. Sebagai contoh: kita perlu toadopt dan belajar teknologi tinggi dari negara maju untuk mengembangkan negara kita. 
Sebaliknya, kita tidak boleh meniru sikap buruk atau perilaku dari negara lain seperti penyalahgunaan narkoba. Ini adalah fakta bahwa ada banyak tantangan di era globalisasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi adalah berkaitan dengan persaingan dan kemampuan untuk bertahan hidup. Pertanyaannya adalah: Apa yang harus kita lakukan dalam rangka menghadapi era globalisasi?
Yang pertama adalah, membangun dan memperkuat karakter yang baik berdasarkan agama. Jika kita adalah muslim, panduan hidup kita adalah Islam. Kedua, kita harus menguasai teknologi di rangka untuk mengembangkan negara kita. Yang terakhir, selalu siap menghadapi segala jenis perubahan dan persaingan dengan mempersiapkan dan meningkatkan keterampilan kita.






Artikel 3 (Tokoh Wayang Di Indonesia)
Baladewa
 
Baladewa adalah salah satu tokoh yang muncul dalam wiracarita Mahabharata. Ia menjadi tokoh netral dalam wiracarita Mahabharata.Baladewa adalah putera Basudewa dan Dewaki. Ia adalah kakak dari Kresna dan Dewi Subadra (istri Arjuna). Ia memiliki watak keras hati, mudah naik darah tapi pemaaf dan arif bijaksana. Baladewa memiliki dua pusaka sakti, yaitu Nangggala dan Alugara, pemberian Brahma. Ia juga mempunyai kendaraan gajah bernama Kyai Puspadenta.
Baladewa sebenarnya adalah kakak kandung Kresna, putera Basudewa dan Dewaki. Namun ia dilahirkan oleh Rohini atas peristiwa pemindahan janin. Dikisahkan, Kamsa, kakak Dewaki takut akan ramalan yang mengatakan bahwa ia akan mati di tangan putera kedelapan Dewaki. Oleh karena itu, ia menjebloskan Dewaki dan suaminya ke penjara dan membunuh setiap putera yang dilahirkan Dewaki.
Saat Dewaki mengandung puteranya yang ketujuh, takdir berkata lain, bahwa anak yang kelak dilahirkannya ini tidak akan mati di tangan Kamsa. Maka secara ajaib janin itu pindah ke rahim Rohini yang sedang menginginkan seorang putera. Maka dari itu, Baladewa juga memiliki nama lain yaitu Sankarsana yang berarti “pemindahan janin”.


Pada masa kecilnya, Baladewa bernama Rama, dan karena kekuatannya yang luar biasa, ia disebut Balarama atau Baladewa (bala=kuat). Baladewa menghabiskan masa kanak-kanaknya sebagai seorang pengembala sapi bersama Kresna. Ia menikah dengan Reawati, puteri Raiwata dari Anarta.
Baladewa dalam Mahabharata terkenal sebagai pengajar Doryudana dan Bima dalam menggunakan senjata gada. Saat perang di Kurukhsetra, Baladewa tidak turut serta, ia lebih memilih menjadi pihak yang netral. Namun, ketika Bima hendak membunuh Doryudana, ia mengancam akan membunuh Bima,namun hal itu dapat dicegah oleh adiknya, Kresna. Kresna menyadarkan bahwa Bima membunuh Doryudana untuk memenuhi sumpahnya. Kresna juga mengingatkan Baladewa akan segala keburukan Doryudana.
Dalam pewayangan Jawa, Baladewa adalah saudara Prabu Kresna. Waktu mudanya Prabu Baladewa bernama Kakasrana. Ia adalah putera Prabu Basudewa, raja negara Mandura dengan Dewi Mahendra atau Maekah. Ia memiliki saudara lain ibu bernama Dewi Subadra yang menjadi istri Arjuna, puteri Prabu Basudewa dengan Dewi Badrahini. Baladewa juga memiliki saudara lain ibu bernama Arya Udawa, putera Prabu Basudewa dengan Ken Sagupi.
Saat mudanya, Baladewa pernah menjadi pendeta di pertapaan Argasonya dan bergelar Wasi Jaladra. Ia menikah dengan Dewi Erawati, puteri Prabu Salya dengan Dewi Setyawati. Dari perkawinan itu, ia dikaruniai dua orang putera bernama Wisata dan Wimuka.
Saat perang Bharatayuddha, Prabu Baladewa sebenarnya memihak Korawa, namun dengan siasat Kresna, Baladewa tidak ikut dalam peperangan, ia justru bertapa di Grojogan Sewu. Kresna meminta Prabu Baladewa untuk bertapa di Grojogan Sewu, dan ia berjanji akan membangunkannya jika Bharatayuddha terjadi. Sebenarnya tujuan Kresna adalah agar Baladewa tidak mendengar saat perang Bharatayuddha terjadi, karena bila Baladewa ikut dalam peperangan, Pandawa pasti kalah karena Baladewa sangat sakti.
Ada yang mengatakan Baladewa adalah titisan naga, namun ada pula yang meyakini bahwa ia adalah titisan Sanghyang Basuki,  Dewa keselamatan. Baladewa berumur panjang, ia menjadi pamong dan penasihat Prabu Parikesit, raja Hastinapura yang menggantikan Prabu Puntadewa. Baladewa mati moksa setelah punahnya seluruh Wangsa Wresni.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar